Dalam sudut hati yang sunyi, aku duduk dengan rindu yang membuncah, merajut kisah sepi yang terpahat begitu dalam. Di malam yang seolah-olah berteman dengan kerinduanku, aku ingin curhat, membiarkan kata-kata merayap keluar sebagai pelipur lara di tengah kehampaan yang menyesak.
Pertemuan kita seakan terpatri dalam ingatan, dan setiap kenangan adalah lukisan yang teramat indah. Sudah berapa kali aku memutar ulang momen-momen itu, berharap dapat merasakan lagi kehangatan pelukanmu, mendengar tawa yang begitu akrab, dan melihat senyummu yang menjadi sinar matahari di hari kelabu. Namun, kini aku hanya bisa merinduimu dari jauh.
Rindu ini terasa begitu dalam, seakan-akan memenuhi setiap sel-sel tubuhku
Terkadang, aku bertanya-tanya apakah kau juga merasakan getaran yang sama. Apakah di sudut hatimu, ada kerinduan yang senada dengan yang kurasakan? Mungkin ya, mungkin tidak. Tapi rindu ini, seiring waktu, semakin menjadi teman setia yang tak pernah lelah menemaniku di dalam kesendirian.
Aku ingat betul hari-hari ketika kebersamaan kita masih menyapa dengan hangatnya. Setiap kata yang terucap, setiap sentuhan, semuanya membentuk garis-garis indah dalam lukisan cinta yang pernah kita cat. Namun, seperti sketsa yang terhempas oleh angin, kepergianmu meninggalkan lukisan yang belum selesai. Dan kini, aku terjebak dalam melodi kerinduan yang tak kunjung usai.
Rindu membuatku terombang-ambing di antara kenangan dan kenyataan. Ada saat-saat di mana aku ingin memutar waktu kembali, merajut kembali benang-benang kasih yang terputus. Tapi pada akhirnya, aku tahu bahwa waktu adalah seniman yang tak dapat diubah. Kita hanya bisa memandang ke belakang dengan mata penuh kerinduan, sambil berharap ada keajaiban yang membawa kita kembali bersama.
Terlepas dari segala kerinduan ini
Aku juga sadar bahwa mungkin takdir memang menulis kisah perpisahan di antara kita. Dan meski hati ini merintih dalam sepi, aku mencoba untuk memahami bahwa cinta tak selalu berakhir dengan kekalahan. Terkadang, melepaskan adalah cara terbaik untuk membebaskan kedua hati yang terbelenggu oleh waktu dan keadaan.
Ada kalanya aku berharap dapat mendengar suaramu, menerima pesan darimu, atau setidaknya melihat senyummu melalui layar ponsel. Namun, rindu ini tak dapat diatur, dan aku hanya bisa mengikutinya seperti alur air yang mengalir tak terbendung. Melalui curhatan ini, aku berharap suara hatiku bisa sampai padamu, meski hanya sebagai bisikan lembut yang mungkin tak pernah kau dengar.
Mungkin suatu hari nanti, kita akan bertemu lagi. Mungkin suatu hari, waktu akan memberi kita kesempatan untuk menyelesaikan lukisan cinta yang tertunda. Atau mungkin, kita akan menemukan kebahagiaan masing-masing di tempat yang berbeda. Hingga saat itu tiba, aku akan terus merindukanmu, seorang perindu yang juga di rindukan.